POTENSI TUMBUHAN CIPLUKAN (Physalis angulata Linn.) SEBAGAI ANTIKANKER DAN ANTIOKSIDAN DALAM MENGATASI KANKER
POTENSI TUMBUHAN CIPLUKAN (Physalis
angulata Linn.)
SEBAGAI ANTIKANKER DAN ANTIOKSIDAN DALAM MENGATASI KANKER
Disusun Oleh
Depertemen Keilmiahan
Divisi Keilmuan
Unit Penelitian Ilmiah Fakultas Biologi Universitas
Jenderal Soedirman
UPI FABIO UNSOED
UPI PEDIA LITERATUR
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ciplukan (Physalis angulate L.) adalah tanaman
yang memiliki banyak khasiat bagi manusia Ciplukan biasa digunakan sebagai obat
penyakit flu, batuk, diabetes rematik, diaere, malaria, hepatitis, asma dan
sebagainya. Bahkan tanaman ciplukan bisa digunakan dalam melawan kanker. Kanker
adalah sebuah pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh manusia yang cenderung
menyerang organ tubuh lain. Berdasarkan studi yang sudah ada, pertumbuhan
penyakit kanker akan meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penderita
kanker ini menjadikan sebuah permasalahan yang serius baik dari pasien
penderita dan juga keluarga (Afiyah, 2018). Selama proses penyakit dan
penyembuhan kanker, terjadi proses perubahan baik fisik ataupun psikis.
Perubahan psikologis tersebut secara langsung ataupun tidak dapat menurunkan
kualitas hidup pasien (Prastiwi, 2013). Pembatasan hidup dan dampak buruk lain
dapat terjadi pada keluarga karena penyakit tersebut (Otto et al., 2020).
Adapun kandungan dari tanaman Ciplukan
(Physalis angulata L.) seperti
asam
sitrat, Physalin terpen
atau sterol,
saponin, flavonoid dan alkaloid. Flavonoid, alkaloid dan terpenoid adalah
molekul semipolar yang dapat difraksinasi dengan kloroform dari ekstrak etanol
70% (Sunaryo, Hadi, Kusmardi dan Wahyu Trianingsih, 2012).
B.
Rumusan
Masalah
Apakah
tanaman ciplukan Physalis angulata L. memiliki khasiat untuk mengobati
kanker?
C.
Manfaat
Untuk
memberitahukan informasi mengenai kandungan tanaman ciplukan Physalis
angulata L. dalam mengobati kanker
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kanker
2.1.1 Pengertian Kanker
Kanker
merupakan sebuah penyakit kronis dengan yang terjadi cukup lama. Dari awal
munculnya kanker sering kali sudah ditandai dengan gejala awal. Gejala awal
penyakit kanker sangat berbeda untuk setiap jenis kanker yang dialami. Tetapi
yang perlu di garis bawahi adalah penyakit kanker tidak mungkin muncul secara
tiba-tiba. Penyakit kanker pasti memiki gejala awal yang berbeda-beda,
tergantung pada jenis kankernya (TIm Cancer Help, 2010).
Kanker
merupakan salah satu penyakit yang patut diperhitungkan sebagai penyebab
kematian terbesar di dunia. Faktanya, kanker mendapat predikat sebagai penyakit
yang paling umum terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2005, dengan total
korban 500.000 jiwa (Katzung, 2006). Di negara berkembang seperti Indonesia,
penyakit kanker menduduki peringkat kelima sebagai penyebab kematian utama
setelah penyakit kardiovaskuler, infeksi, pernapasan, dan pencernaan. Namun,
yang paling dikhawatirkan adalah data penelitian dari Organisasi Penanggulangan
Kanker Dunia (UICC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang memperkirakan
bahwa angka kejadian kanker di dunia dapat mengalami peningkatan hingga 40 % pada
tahun 2020, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia (Mortara,
2007). Berdasarkan data tersebut, tidak menutup kemungkinan peringkat penyakit
kanker sebagai penyebab kematian di Indonesia akan mengalami kenaikan pada
tahun 2020.
2.2 Ciplukan
(Physalis angulata L.)
2.2.1 Klasifikasi Ciplukan (Physalis angulata L.)
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonnae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus : Physalis
Spesies
: Physalis angulata L.
(Augustine
& Ufuoma, 2012)
2.2.2 Morfologi Ciplukan Physalis
angulata L
Physalis
angulata L. adalah spesies dari Solanaceae, memiliki buah yang
dapat dimakan di beberapa negara wilayah tropis dan subtropis di dunia sebagai
pohon obat dan buah (Hermin, U., Nawangsih. et al., 2016). Banyak tumbuh
bercabang di semak yang secara tahunan dan bisa tumbuh mencapai 1,0 m. Bunganya
berbentuk lonceng, namun bentuk yang paling khas adalah kelopak yang berbuah
membesar untuk menutupi buah dan menggantung ke bawah seperti lentera. Setiap
buah memiliki bentuk seperti mutiara berwarna. Daunnya tunggal, bertangkai,
bagian bawah tersebar, kondisi daun yang atas berpasangan, helaian berbentuk
bulat telur-bulat memanjang-lanset dengan ujung
runcing, ujung tidak sama (runcing-tumpul-membulat-meruncing), bertepi rata
atau bergelombang-bergigi, 5-15 x 2,5-10,5 cm.
Bunga
tunggal, di ujung daun, simetris dan banyak, tangkai bunga tegak dengan ujung
yang menunduk, ramping, lembayung, 8-23 mm, kemudian tumbuh sampai 3 cm.
Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing, hijau dengan rusuk yang lembayung.
Mahkota berbentuk lonceng lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang dengan noda-noda coklat atau kuning coklat, tiap
noda terdapat kelompokan rambut-rambut pendek yang berbentuk V. Tangkai benang
sarinya kuning pucat, kepala sari seluruhnya berwarna biru muda. Putik gundul,
kepala putik berbentuk tombol, bakal buah 2 daun buah, banyak bakal biji. Buah
Physalis angulata L. berbentuk telur, panjangnya sampai 14 mm, hijau sampai
kuning jika masak, berurat lembayung, memiliki kelopak buah (Agrawal, R.P. et
al., 2006).
2.2.3 Manfaat Ciplukan Physalis angulata L
Physalis
angulata L., dikenal di Indonesia sebagai "ciplukan"
atau "Ceplukan". Tanaman ini tersebar luas di seluruh daerah tropis
dan subtropis di dunia. Ciplukan (Physalis angulata L.) memiliki manfaat
sebagai antidiabetik. Pada batang, daun, dan akar dari Physalis angulata L.
telah secara tradisional di Indonesia digunakan sebagai obat antidiabetes. Di
Indonesia sendiri penggunaan ramuan akar sebagai obat untuk postpartum, nyeri
otot dan hepatitis (Rosita, S.M.D., Rostiana, O., Pribadi, dan Hernani., 2007).
Menurut Sediarso, Sunaryo H dan Amalia N tahun 2013 Physalis angulata L.
dapat memperbaiki pencernaan, antiinflamasi, desinfektan, asma, batuk rejan,
bronkitis, orkitis, bisul, borok, kanker, tumor, leukemia dan kencing manis.
Famili Solaneceae yang memiliki banyak efek farmakologi seperti 8
hepatoprotective, immunomodulatory, antibacterial, antifungal,
antiinflammatory, antitumor, cytotoxic activity, insect-antifeedant dan
insectrepellent activities, kandungan tersebut terdapat pada Physalis yang
diisolasi dari akar, batang dan daun (Kusumaningtyas, R., Laily, N. dan Limandha,
P., 2015).
2.2.4 Kandungan Ciplukan Physalis angulata L
Studi
fitokimia terhadap Physalis angulata L. mengungkapkan hal itu telah
mengandung flavonoid, alkaloid dan memiliki perbedaan jenis steroid pada
tanaman. Komponen utamanya adalah Physalins adalah konstituen laktone steroid
dari Physalis dan genus lain yang terkait erat, milik keluarga Solanaceae.
Fisiknya menunjukkan biogenetically terkait dengan withanolides (Chen JX et
al., 2009). Adapun
kandungan dari bagian-bagian ciplukan. Kandungan buah ciplukan bahan kimia lain yaitu
alkaloid, karbohidrat, glikosid, saponin, tanin, dan kandungan fenolic dari
fraksi buah Physalis angulata L. dapat memberikan efek antidiabetik
dengan menghambat enzim α- 10 amylase dan α-glucosidase. Terpenting terdapat
juga Withangulatin-A yang di isolasi dari fraksi buah Physalis angulata L. juga
menunjukkan efek anti diabetik (Raju, P., dan Mamidala, E., 2015). Fungsi akar ciplukan antara lain yaitu sebagai antiinflamasi pada
Physalin E dari ekstrak akar ciplukan (Physalis Angulata L) atau Aqueous
Extract from roots of Physalis angulata (AEPa) terbukti memiliki efek
sebagai antiinflamasi melalui berbagai jalur inhibisi.
Telah
terbukti juga bahwa ekstrak berair dari akar Physalis angulata L.
memiliki antiinflamasi yang kuat dan imunomodulator dengan cara mengganggu
ciclooxygenase, limfosit proliferasi dan produksi Tumor Growth Factor Beta
(TGF-β) (Bastos et 11 al., 2008). Akar Physalis angulata L. mengandung
senyawa diantaranya yaitu alkaloid, Withanolide, dan flavonoid. Kandungan daun Physalis angulata
L. mengandung senyawa aktif diantaranya adalah alkaloid, withanolide, dan
flavonoid. Penelitian pada hewan coba menggunakan daun Physalis angulata L.
menunjukkan efek antidiabet dengan kandungan aktifnya yang mengacu pada
kandungan aktif pada buah, yaitu fisalin A, B, D, F, dan glikosid (Kasali MF et
al, 2013). Kandungan
senyawa lain dari herba Physalis angulata L. yaitu monoterpenoid,
triterpenoid, seskuiterpenoid, dan fisalin. Fisalin dapat meningkatkan enzim
Superoksidase Dismutase (SOD) dan catalase yaitu sebagai antioksidan yang dapat
mencegah kerusakan organ (El-Mehiry, H. F. H. M., Helmy, M. A. A., dan
El-Ghany, 2012).
2.2.5 Kandungan Aktif Ciplukan Physalis angulata L
Antioksidan
adalah senyawa yang sangat diperlukan tubuh untuk mengatasi dan mencegah stres
oksidatif. Berdasarkan sumbernya, antioksidan terdiri atas antioksidan endogen
dan eksogen. Antioksidan endogen, yaitu enzim-enzim yang bersifat antioksidan
seperti: Superoksida Dismutase (SOD), Catalase (Cat), dan Glutathione
Peroksidase (Gpx). Antioksidan eksogen adalah yang berasal dari luar
tubuh/makanan. Stres oksidatif adalah suatu kondisi yang tidak seimbang antara
jumlah radikal bebas dengan jumlah antioksidan di dalam tubuh. Antioksidan
bersifat 13 sangat mudah dioksidasi, sehingga antioksidan akan dioksidasi oleh
radikal bebas yang kemudian melindungi molekul lain dalam sel dari kerusakan
(Werdhasari, A., 2014).
Alkaloid
adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang sebagian besar
heterosiklik dan terdapat di tumbuhan serta hewan. Hingga saat ini sekitar
10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur yang sangat beragam,
sehingga tidak ada batasan yang jelas. Alkaloid bersifat basa tergantung pada
pasangan elektron pada nitrogen yang menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.
Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai
persoalan jika penyimpanan dalam waktu lama (Harborne J.B., 2006).
Flavonoid
mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga-karbon dengan cincin
benzen. Setiap cincin diberi tanda: A, B dan C; atom karbon diberi angka dengan
angka biasa pada cincin A dan C, serta angka beraksen untuk cincin B (Soesilo
S, Andajaningsih (Eds.), 2014). Tumbuhan ciplukan (Physalis angulata L.) kaya
akan zat aktif flavonoid dengan persentase ekstrak buah 300 μg/ml adalah 84%,
ekstrak buah 200 μg/ml adalah 58% dan dalam 100 μg/ml ekstrak (Krishna, M.,
Kumar, A., & Sarma, P. C. R. & K. 2015).
Triterpenoid
adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan
secara biosintesis dirumuskan dari hidrokarbon C30 asiklin, yaitu skualena. Uji
yang banyak digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard dengan triterpena dan
sterol memberikan warna hijau-biru. Triterpena dapat dipilih menjadi
sekurang-kurangnya empat golongan senyawa: triterpena sebenarnya, steroid,
saiconon dan glycosida jantung. Kedua golongan terakhir sebenarnya triterpena
atau steroid yang terdapat sebagai glycosida (Harborne J.B., 2006)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Ciplukan (Physalis angulate
L,) merupakan tanaman obat yang memiliki potensi sebagai antikanker dan
anti ploriferasi dan dijadikan sebagai alternatif lain dalam
penyembuhan kanker, khususnya kanker darah. Maka dari itu telah dilakukan
penelitian tentang pengaruh sitotoksik dari ekstrak daun Ciplukan terhadap sel
kanker darah (HL-60 cell lines). Ekstrak dari daun Ciplukan digunakan untuk
perlakuan yang akan diberikan terhadap sel kanker darah (HL-60 cell lines)
dengan metode MTS assay. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis bagaimana
efek sitotoksik dari daun Ciplukan terhadap sel kanker darah. Parameter yang
digunakan yakni dilihat dari seberapa banyak sel yang mengalami kematian
setelah diberi perlakuan.
B.
Saran
1.
Hanya
berupa literasi untuk menginformasikan kepada pembaca
2.
Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengambil analisis datanya.
DAFTAR PUSTAKA
Afiyah, R. K. (2018) ‘Dukungan Keluarga
Mempengaruhi Kemampuan Adaptasi (Penerapan Model Adaptasi Roy) Pada Pasien
Kanker Di Yayasan Kanker Indonesia Cabang Jawa Timur’, Journal of Health
Sciences, 10(1), pp. 96–105. doi: 10.33086/jhs.v10i1.150.
Otto,
A. K. et al. (2020) ‘Communication between Advanced Cancer Patients and Their
Family Caregivers: Relationship with Caregiver Burden and Preparedness for
Caregiving’, Health Communication. Routledge, 00(00), pp. 1–8. doi: 10.1080/10410236.2020.1712039.
Prastiwi,
T. F. (2013) ‘KUALITAS HIDUP PENDERITA KANKER’, Journal Psychology Universitas
Negeri Semarang, 1(1), pp. 21–27.
Mortara,
I. 2007. The International Union Against Cancer. International Union Against
Cancer (UICC), Geneva : usoncologicaldisease.
Katzung,
B.G. 2006. Basic and Clinical Pharmacology, 10th Edition.San Francisco: Mc Graw
Hill.
Hanifa, I. K. S. (2012). Studi Mekanisme Antikanker
Senyawa Analog Calkon 3,5-Bis-(2,3-Dimetoksibenzilidin)- 1-Metilpiperidin-4-on
Terhadap Guanin. Skripsi, 1–2.
Note:
Apabila ada informasi mengenai lomba-lomba keilmiahan
dan penelitain seperti karya tulis ilmiah dan essay dapat menghubungi. Terima
kasih
Email: depilfabiounsoed2022@gmail.com
Instagram: upifabio
Blogger: https://depilupifabiounseod.blogspot.com/
Komentar
Posting Komentar