IDENTIFIKASI MORFOLOGI BEKICOT DAN MANFAAT SENYAWA BIOAKTIF PADA LENDIR BEKICOT (Achatina fulica)

 

IDENTIFIKASI MORFOLOGI BEKICOT DAN MANFAAT SENYAWA BIOAKTIF PADA LENDIR BEKICOT (Achatina fulica)

Depertemen Keilmiahan Divisi Keilmuan

Unit Penelitian Ilmiah Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

UPI FABIO UNSOED

UPI PEDIA LITERATUR


Bekicot mengeluarkan zat seperti lendir untuk memudahkan mereka bergerak lebih halus dan aman dari berbagai bentuk permukaan (terutama permukaan kasar dan tajam). Bekicot adalah hewan nocturnal serta memiliki 2 pasang tentakel pada kepalanya, kemudian sepasang tentakel atas yang memiliki mata dan sepasang tentakel bawah yang memiliki organ penciuman. Bekicot adalah hewan herbivora utamanya folivore dan frugivore yang memakan hampir semua bagian tanaman, yaitu daun, kulit kayu, biji, batang, kacang bunga, hingga lumut ganggang dan jamur-jamuran. Klasifikasi bekicot (Achatina fulica) sebagai berikut:


Kingdom         : Animalia

Subkingdom    : Bilateria

Infrakingdom  : Protostomia

Superphylum   : Lophozoa

Phylum            : Mollusca

Class                : Gastropoda

Order               : Stylommatophora

Family             : Achatinidae

Genus              : Achatina

Species            : Achatina fulica (Ferussac, 1821)

Bekicot (Achatina Fulica) memiliki sebuah cangkang yang sempit berbentuk kerucut yang panjangnya dua kali lebar tubuhnya dan terdiri dari tujuh sampai sembilan ruas lingkaran ketika umurnya telah dewasa. Cangkang bekicot umumnya memiliki warna coklat kemerahan dengan corak vertikal berwar kuning tetapi pewarnaan dari spesies tersebut tergantung pada keadaan lingkunagandan jenis makanan yang di konsumsi. Bekicot dewasa panjangnya dapat melampaui 20 cm tetapi rata-rata panjangnya sekitar 5-10 cm. Sedangkan berat rata-rata bekicot kurang lebih adalah 32 gram. Untuk bertahan hidup, bekicot perlu temperatur di atas titik beku sepanjang tahun dan kelembaban yang tinggi di sepanjang tahun. Pada musim kemarau, bekicot menjadi tidak aktif atau dorman untuk menghindari sinar matahari. Bekicot (Achatina Fulica) tetap aktif pada suhu 9°C hingga 29°C, bertahan pada suhu 2°C dengan cara hibernasi, dan pada suhu 30°C dengan keadaan dorman (Casafranca Loayza, 2018).

Selain bekicot memiliki karakteristik morfologi tubuh yang unik, lendir bekicot juga dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan dan juga terapi kecantikan karena terdapat senyawa tertentu pada lender bekicot. Pengujian menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah salah satu uji in vivo lethality menggunakan organisme hewan sederhana yang berguna untuk mendeteksi senyawa bioaktif didalam tubuh hewan tertentu. Senyawa bioaktif adalah zat fisiologis aktif yang mengakibatkan fungsi tertentu pada makhluk hidup. Beberapa contoh zat ini antara lain karotenoid, polifenol, asam lemak, protein, polisakarida, lipid, vitamin, enzim, sterol, dan phycocyanins. Komponen senyawa bioaktif dapat menyebabkan efek fisiologis positif maupun negatif bagi kesehatan, berupa senyawa non gizi dalam jumlah kecil (metabolit sekunder), misalnya untuk mencegah hingga mengurangi terjadinya penyakit degeneratif. Menurut uji BSLT lender bekicot mengandung beberapa senyawa bioaktif seperti alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin. Adapun penjelasan dari manfaat dan kandungan senyawa tersebut (Purba & Susianti, 2016).

Alkaloid dapat berfungsi sebagai agen antibakteri dengan mekanismenya yaitu mengganggu komponen penyusun peptidoglikan sel bakteri yang menyebabkan kematian sel bakteri, maupun sebagai interkelator DNA dan menghambat enzim topoisomerase sel bakteri. Alkaloid juga mampu berfungsi efektif sebagai antikanker dengan mekanisme kerjanya mengikat tubulin dan menghambat pembentukan komponen mikrotubulin pada kumparan mitosis sehingga menghentikan metaphase. Contoh senyawa alkaloid yang sudah terbukti antineoplastik adalah vincristine (efektif dalam pengobatan leukemia akut pada anak-anak) maupun vinblastin (digunakan secara klinis dalam pengobatan Hodgkin’s disease dan kariokarsinoma. Tanin juga termasuk senyawa yang berfungsi sebagai antimikrobia. Tanin termasuk senyawa lipofilik sehingga mudah terikat pada dinding sel dan mengakibatkan kerusakan dinding sel. Tanin bekerja dengan cara mengendapkan protein membran sel sehingga rusak dan pertumbuhan jamur terhambat. Mekanisme tanin sebagai antimikroba ini diduga dapat menimbulkan 18 efek toksik pada tingkat sel sehingga keberadaan senyawa ini dalam sampel perlu diketahui dengan pasti.Umumnya senyawa metabolit sekunder pada kadar tertentu bersifat toksik pada manusia dan mampu menyebabkan gangguan metabolisme tubuh, misalnya senyawa aktif menjadi inhibitor enzim sehingga replikasi DNA terganggu.

Saponin terdiri dari gugus glikosil (gugus polar) dan gugus steroid triterpenoid (gugus nonpolar) sehingga senyawa bersifat aktif permukaan saat dikocok dengan air (saponin dapat membentuk misel dan busa). Saponin termasuk senyawa yang dapat berfungsi sebagai agen antibakteri. Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri (bakterisida) dikarenakan zat aktif permukaan saponin yang mirip prinsip detergen. Saponin mampu menurunkan tegangan permukaan dinding sel bakteri hingga mampu menyebabkan kebocoran dinding sel, merusak permeabilitas membran, mengganggu kelangsungan hidup bakteri, berdifusi pada membran luar dan dinding sel yang rentan kemudian mengikat membran sitoplasma, mengganggu kestabilan sel, sitoplasma bocor, kematian sel. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang memiliki efek kemoprevensi dan kemoterapi kanker (berdasarkan data penelitian laboratorium, penyelidikan epidemiologi, serta uji klinis pada manusia). Flavonoid memiliki banyak mekanisme aksi, antara lain menginaktivasi karsinogen, antiproliferasi, penangkapan siklus sel, induksi apoptosis dan diferensiasi, penghambatan angiogenensis, berfungsi sebagai antioksidan, dan pembalikan/memodulasi resistensi multiobat. Mekanisme aksi flavonoid dapat bersifat tunggal saja ataupun kombinasi beberapa mekanisme. Flavonoid dapat menjadi agen antikanker yang menjanjikan berdasarkan pengujian in vitro, in vivo, hingga uji klinis fase II dengan berbagai mekanisme aksinya. Flavonoid juga terkandung dalam hemolymph yang diambil dari Achatina maginata. Kadar total flavonoid diujikan dengan metode aluminium chloride 20 colorimetric dengan standar pembanding senyawa katekin. Hemolymph Achatina maginata sebesar 15,20 ± 0,59 mg/g catechin equivalent (Putra MA., 2015).

Salah satu kandungan lender bekicot dapat digunakan untuk menyembuhkan luka. Menurut pengertian ahli, luka adalah terputusnya kontinuitas kulit, mukosa membrane dan tulang atau organ tubuh lainnya. Luka tergantung pada tingkat kontaminasi dan kedalaman serta luas permukaan luka tersebut. Proses penyembuhan luka dapat terjadi secara normal tanpa pengobatan dan juga bisa terjadi dengan bantuan obat alami dari alam seperti menggunakan lender bekicot. Lendir bekicot memiliki Protein Achasin yang merupakan faktor antibakteri bekerja dengan cara menyerang atau menghambat pembentukan bagian yang umum dari strain bakteri seperti lapisan peptidoglikan dan membran sitoplasma. Lendir bekicot juga memiliki efek dalam peningkatan jumlah fibroblast. Selain itu, Acharan Sulfat adalah kandungan dari air liur bekicot yang bermanfaat dalam mempercepat proses penyembuhan luka dengan membantu proses pembekuan darah dan proliferasi sel fibroblast. Lendir bekicot juga mengandung zat beta aglutinin yang berfungsi sebagai antibodi yang dapat melawan bakteri yang mengkontaminasi luka (Purnasari, 2012).

 

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Berniyanti TS. Karakterisasi protein Lendir bekicot (achasin) isolat lokal sebagai anti bakteri. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga [internet]; 2007 [diakses tanggal 12 September 2022). Tersedia dari: journal.unair.ac.id/downloadfullpapers-02-Berni-SWN-Ref.pdf

Casafranca Loayza, Y. (2018). Identifikasi Bekicot. 1–26.

Putra MA. Efektifitas pemberian lendir bekicot 100% (achatina fulica) dan sediaan krim 5% terhadap lama penyembuhan luka bakar derajat ii(a)secara in vivo. BIMKI. 2015;3(1):52-65.

Purba, D. A., & Susianti. (2016). Efektivitas Pemberian Lendir Bekicot ( Achatina fulica ) Secara Topikalterhadap Luka The Effectivity of Giving The Snail ’ s ( Achatina fulica ) Slime Topically onThe Wound. 5, 55–59.

CASAFRANCA LOAYZA, Y. (2018). Identifikasi Bekicot. 1–26.

Purba, D. A., & Susianti. (2016). Efektivitas Pemberian Lendir Bekicot ( Achatina fulica ) Secara Topikalterhadap Luka The Effectivity of Giving The Snail ’ s ( Achatina fulica ) Slime Topically onThe Wound. 5, 55–59.

Purnasari PW, Fatmawati D, Yusuf I. Pengaruh lendir bekicot (achatina fulica) terhadap jumlah sel fibroblast pada penyembuhan luka sayat. Sains Medika. 2012;4(2):195-203.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERAN MIKROBIOTA USUS DALAM SISTEM KEKEBALAN TUBUH MANUSIA

VENOM SENGAT BERACUN KALAJENGKING FAMILI THELYPHONIDAE